perawatan ( maintenance ) merupakan suatu kegiatan yang
diarahkan pada tujuan untuk menjamin kelangsungan fungsional suatu sistem
produksi sehingga dari sistem produksi sehingga dari sistem itu dapat
diharapkan menghasilkan out put sesuai dengan yang dikehendaki Sistem
perawatan dapat dipandang sebagai bayangan dari sistem produksi ,
dimana apabila sistem produksi beroperasi dengan kapasitas yang sangat tinggi
maka akan lebih intensif .
Perawatan juga dapat
didefinisikan sebagai , suatu aktivitas untuk
memelihara atau menjaga fasilitas atau peralatan pabrik dan mengadakan
perbaikan atau penyesuaian penggantian yang diperlukan agar terdapat suatu
keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan .
Pada dasarnya terdapat dua
prinsip utama dalam sistem perawatan yaitu :
- Menekan ( memperpendek )
periode kerusakan ( break down period ) sampai batas minimum dengan
mempertimbangkan aspek ekonomis .
- Menghindari kerusakan ( break
down ) tidak terencana , kerusakan tiba – tiba .
Dalam sistem perawatan terdapat dua kegiatan pokok yang berkaitan dengan tindakan perawatan , yaitu :
1. Perawatan yang
bersifat preventif
Perawatan ini dimaksudkan
untuk menjaga keadaan peralatan sebelum peralatan itu menjadi rusak . pada
dasarnya yang dilakukan adalah perawatan yang dilakukan untuk mencegah
timbulnya kerusakan - kerusakan yang tak terduga dan menentukan keadaan yang
dapat menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan
dalam proses produksi . Dengan demikian semua fasilitas – fasilitas produksi
yang mendapatkan perawatan preventif akan terjamin kelancaran kerjanya dan
selalu diusahakan dalam kondisi yang siap digunakan untuk setiap proses
produksi setiap saat . Hal ini memerlukan suatu rencana dan jadwal perawatan
yang sangat cermat dan rencana yang lebih tepat.
Perawatan preventif ini
sangat penting karena kegunaannya yang sangat efektif didalam fasilitas –
fasilitas produksi yang termasuk dalam golongan “ critical unit “ sedangkan
ciri – ciri dari fasilitas produksi yang termasuk dalam critical unit ialah
kerusakan fasilitas atau peralatan tersebut akan :
- Membahayakan kesehatan atau
keselamatan para pekerja
- Mempengaruai kualitas produksi
yang dihasilkan
- Menyebabkan kemacetan seluruh
proses produksi
- Harga dari fasilitas tersebut
cukup besar dan mahal
Dalam prakteknya perawatan
preventif yang dilakukan oleh suatu perusahaan dapat dibedakan lagi
sebagai berikut :
- Perawatan rutin , yaitu
aktivitas pemeliharaan dan perawataan yang dilakukan secara rutin ( setiap
hari ) . Misalnya pembersihan peralatan pelumasan oli , pengecekan isi
bahan bakar , dan lain sebagainya .
- Perawatan periodic , yaitu
aktivitas pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan secara periodic atau
dalam jangka waktu tertentu , misalnya setiap 100 jam kerja mesin , lalu
meningkat setiap500 jam sekali , dan seterusnya . Misalnya pembongkaran
silinder , penyetelan katup – katup , pemasukan dan pembuangan
silindermesin dan sebagainya .
Perawatan preventif akan
menguntungkan atau tidak tergantung pada :
- Distribusi dari kerusakan
Pada penjadwalan dan pelaksanaan perawatan preventif harus memperlihatkan jenis distribusi dari kerusakan yang ada , karena dengan mengetahui jenis distribusi kerusakan dapat disusun suatu rencana perawatan yang benar – benar tepat sesuai dengan latar belakang mesin tersebut . - Hubungan antara waktu perawatan
prerventif terhadap waktu , perbaikan , hendaknya diantara kedua waktu ini
diadakan keseimbangan dan diusahakan dapat dicapai titik maksimal . jika
ternyata jumlah waktu untuk perawatan preventif lebih lama dari waktu
menyelesaikan kerusakan tiba – tiba , maka tidak ada manfaatnya yang nyata
untuk mengadakan perawatan preventif , lebih baik ditunggu saja sampai
terjadi kerusakan .
Walaupun masih ada suatu
factor lainyang perlu diperhatikan yaitu apabila ternyata jumlah kerugian
akibat rusaknya mesin cukup besar yang meliputi bianya – biaya :
- Buruh menganggur
- produksi terhenti
- biaya penggantian spare part
- Kekecewaan konsumen
maka walaupun waktu untuk
menyelesaikan perawatan preventif sama dengan waktu untuk menyelesaikan
kerusakan , perawatan preventif masih dapat dipertimbangkan untuk dilaksanakan
.
2 . Perawatan yang
bersifat korektif
Perawatan ini dimaksudkan
untuk memperbaiki perawatan yang rusak . Pada dasarnya aktivitas yang dilakukan
adalah pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan setelah terjadinya suatu
kerusakan atau kelainan pada fasilitas atau peralatan . kegiatan ini sering
disebut sebagai kegiatan perbaikan atau reparasi .
Perawatan korektif dapat juga didefinisikan sebagai perbaikan yang dilakukan karena adanya kerusakan yang dapat terjadi akibat tidak dilakukanya perawatan preventif maupun telah dilakukan perawatan preventif tapi sampai pada suatu waktu tertentu fasilitas dan peralatan tersebut tetap rusak . jadi dalam hal ini , kegiatan perawatan sifatnya hanya menunggu sampai terjadi kerusakan , baru kemudian diperbaiki atau dibetulkan
Tujuan Perawatan
Secara umum perawatan
m,empunyai tujuan – tujuan yang menurut A. S Corder adalah untuk :
- Memungkinkan tercapainya mutu
produksi dan kepuasan pelanggan melalui penyesuaian , pelayanan dan
pengoperasian peralatan secara tepat .
- Memaksimalkan umur kegunaan
dari sistem .
- Menjaga agar sistem aman dan
mencegah berkembangnya gangguan keamanan
- Meminimalkan biaya produksi
total yang secara langsung dapat dihubungkan dengan service dan perbaikan
- Memaksimalkan produksi dari
sumber – sumber sistem yang ada .
- Meminimalkan frekuensi dan kuatnya
gangguan terhadap proses operasi.
- Menyiapkan personel , fasilitas
dan metodenya .
- Agar mampu mengerjakan tugas
–tugas perawatan .
Laporan analisis kerusakan mesin diesel
1. Sistem
Injeksi Bahan Bakar Tidak Berfungsi dengan Baik
Kemungkinan
Penyebab Kerusakan / Gangguan
|
Cara
Mengatasi
|
a. Bahan
bakar bocor dari pipa tekanan tinggi
|
– Keraskan
Mur Pengikat pipa tekanan tinggi / ganti dengan pipa tekanan yang baru
|
b. Nozzle
rusak
|
– Ganti
dengan nozzle yang baru
|
c. Ada
udara pada saluran bahan bakar
|
– Keluarkan
udara dari saluran bahan bakar dengan cara memompakan priming pump
|
d. Saat
penginjeksian bahan bakar terlambat
|
– Setel
pada penginjeksian bahan bakar
|
e. Control
rack tidak berfungsi
|
– Perbaiki
mekanisme control rack
|
f.
Automatic timer tidak tepat
|
– Setel
automatic timer
|
2. Gangguan
Pada Saluran Sistem Bahan Bakar
Kemungkinan
Penyebab Kerusakan / Gangguan
|
Cara
Mengatasi
|
a. Saringan
pada pompa pemindah tersumbat
|
– Bongkar
pompa pemindah dan bersihkan saringannya
|
b. Saringan
bahan bakar tersumbat
|
– Ganti
elemen saringan bahan bakar
|
c. Tangki
bahan bakar kotor
|
– Bersihkan
tangki bahan bakar
|
d.
Kemampuan pompa pemindah yang sangat rendah
|
– Perbaiki
/ ganti
|
e. Injeksi
bahan bakar tidak tepat
|
– Setel
saat penginjeksian dengan cara menggeserkan pompa injeksi
|
f. Jumlah
bahan bakar yang diinjeksikan ke silinder tidak sama
|
– Kalibrasi
pompa injeksi pada test bench
|
g. Governor
kurang baik
|
– Setel
pompa injeksi pada test bench
|
h. Ada
angin pada saluran bahan bakar
|
– Bleeding
|
i. Bahan
bakar bocor pada pipa tekanan tinggi
|
– Keraskan
mur pengikat pipa tekanan tinggi / ganti pipa tekanan tinggi
|
3. Engine
Knocking / Detonasi
Kemungkinan
Penyebab Kerusakan / Gangguan
|
Cara
Mengatasi
|
a.
Atomisasi nozzle kurang baik / tekanan penginjeksian tidak tepat
|
– Overhaul
nozzle, bersihkan komponen-komponen dan ganti jika rusak, kemudian stel
tekanan nozzle sesuai spesifikasi
|
b. Bahan
bakar tidak tepat (angka cetane rendah)
|
– Ganti
dengan bahan bakar yang sesuai
|
c. Saat
injeksi bahan bakar terlalu cepat
|
– Setel
pemasangan pompa terhadap mesin
|
d. Jumlah
bahan bakar yang diinjeksikan ke dalam silinder tidak rata
|
– Kalibrasi
pompa injeksi pada test bench
|
4. Putaran
Mesin Kasar, Khususnya Pada Putaran Idle
Kemungkinan
Penyebab Kerusakan / Gangguan
|
Cara
Mengatasi
|
a. Jam
bahan bakar yang diinjeksikan ke dalam silinder tidak sama
|
– Kalibrasi
pompa injeksi pada test bench
|
b. Control
rack tidak berfungsi
|
– Bongkar
control rack dan setel mekanismenya
|
c. Idling
spring capsule setelannya kurang baik
|
– Setel
|
d.
Diafragma governor tidak berfungsi
|
– Periksa
dan ganti jika rusak
|
e. Atomisai
Nozzle kurang baik / tidak tepat
|
– Stel
nozzle dan ganti jika rusak
|
5. Mesin
Susah dihidupkan
Kemungkinan
Penyebab Kerusakan / Gangguan
|
Cara
Mengatasi
|
a. Bahan
bakar tidak sampai ke pompa injeksi / bocor
|
– Periksa
saluran bahan bakar dan perbaiki jika bocor
|
b. Saluran
bahan bakar tersumbat oleh udara
|
– Bleeding
|
c. Saringan
bahan bakar dan saluran bahan bakar tersumbat
|
– Bersihkan
/ ganti saringan bahan bakar dan saluran bahan bakar
|
d.
Kemampuan pompa pemindah menurun / tidak sesuai spesifikasi
|
– Perbaiki
/ ganti pompa pemindah
|
e. Pipa
tekanan tinggi lepas, longgar / pecah
|
– Kerusakan
mur / ganti
|
f. Control
rack tidak mencapai posisi tempat bahan bakar yang diinjeksikan
|
– Perbaiki
control rack dan perbaiki pula mekanismenya
|
g. Delivery
valve rusak
|
– Ganti
|
h. Jumlah
bahan bakar yang diinjeksikan terlalu sedikit, karena pompa pemindah rusak
|
– Perbaiki
/ Ganti pompa pemindah
|
i. Tekanan
penginjeksian bahan bakar terlalu rendah
|
– Setel /
kalibrasi nozzle sesuai spesifikasi
|
j. Saat
penginjeksian bahan bakar terlalu rendah
|
– Setel
saat penginjeksian
|
k. Governor
/ full load capsule setelannya kurang baik
|
– Setel
pompa injeksi pada test bench
|
6. Mesin
Asapnya Banyak, tetapi Mesin Tidak Mau Menyala
Kemungkinan
Penyebab Kerusakan / Gangguan
|
Cara
Mengatasi
|
a. Saat
penginjeksian bahan bakar terlambat
|
– Setel
saat penginjeksian
|
b. Timer
lock nut longgar atau lepas
|
– Kerusakan
mur pengunci timer
|
c.
Atomisasi bahan bakar tidak baik
|
– Perbaiki
dan setel nozzle / ganti
|
d. Kotoran
(karbon) berkumpul pada nozzle needle
|
– Bersihkan
nozzle / ganti jika rusak
|
e. Angka
cetane terlalu rendah
|
– Ganti
jenis bahan bakar
|
f. Bahan
bakar tercampur air
|
– Ganti
bahan bakar
|
7. Selama
Mesin di Starter Mengeluarkan banyak Asap
Kemungkinan
Penyebab kerusakan
|
Cara
Mengatasi
|
a. Timer
injektor timing terlalu cepat / lambat
|
– Bongkar
automatic timer dan setel
|
b.
Pemasangan pompa injeksi terhadap saat penginjeksian tidak tepat
|
– Periksa
pemasangan pompa injeksi dan tempatkan saat penginjeksian (sesuai
spesifikasi)
|
c.
Atomisasi bahan bakar kurang baik
|
– Perbaiki
dan ganti nozzle
|
d. Nozzle
rusak
|
– Ganti
Nozzle
|
e. Kotoran
(karbon) berkumpul pada nozzle needle
|
– Bersihkan
dan ganti jika rusak
|
f. Sekrup
control pinion clamp lepas / longgar
|
– Setel
posisi control pinion dan keraskan sekrupnya
|
g. Delivery
value rusak
|
– Ganti
|
h. Delivery
value spring putus
|
– Ganti
pegas
|
i. Setelan
full load capsule tidak baik
|
– Setel
full load capsule
|
j.
Pneumatic governor link / stopper aus
|
– Perbaiki
/ ganti mekanisme governor pneumatic
|
8. Selama
Mesin Hidup Banyak Mengeluarkan Asap
Kemungkinan
Penyebab kerusakan
|
Cara
Mengatasi
|
a. Saat
penginjeksian bahan bakar terlalu cepat
|
– Tepatkan
saat penginjeksian sesuai spesifikasi
|
b. Bahan
bakar bercampur air
|
– Ganti
bahan bakar
|
c. Cincin
torak dan dinding silinder bocor sehingga minyak pelumas naik ke ruang bahan
bakar
|
– Ganti
cincin torak dan perbaiki dinding silindernya
|
d. Oli
silinder katup bocor, sehingga minyak pelumas masuk ke ruang bakar
|
– Ganti
|
e. Bahan
bakar yang diinjeksikan terlalu banyak
|
– Kalibrasi
pompa injeksi pada test bench
|
f. Jumlah
bahan bakar yang diinjeksikan ke dalam silinder tidak sama
|
– Kalibrasi
pompa injeksi pada test bench
|
g. Udara
yang masuk kedalam silinder terlalu sedikit karena saringan udaranya
tersumbat
|
– Bersihkan
saringan / ganti
|
h. Oli
mesin terpompa ke atas
|
– Periksa
permukaan oli dan sesuaikan jumlahnya
|
Metode Praktis Dalam
Membuat Jadwal Perawatan
Sistem
penjadwalan yang baik akan menunjang kelancaran dalam penyelesaian suatu
pekerjaan. Karena itu jadwal harus dibuat oleh orang yang cermat dalam
mempertimbangkan segala sesuatunya yang berkaitan, karena tugasnya adalah
menyiapkan susunan pekerjaan, menetapkan waktu dan saat penyelesaian, membuat
rencana kerja dan sebagainya.
Dalam
hal ini, perlu disusun semua pekerjaan yang akan dilakukan, kecuali pekerjaan
yang terjadi mendadak. Dengan demikian, secara umum tidak ada pekerjaan yang
dilakukan tanpa dibuat rencananya terlebih dahulu. Perencana yang dibuat adalah
mengenai informasi seperti nomor order pekerjaan, pemberian kode, nomor mesin,
lokasi, waktu pelaksanaan dan semua kontrol yang menunjukkan waktu. Untuk
perbaikan yang dilakukan mendadak, foreman harus dapat menentukan
dengan cepat tentang apa yang perlu dikerjakan dan dapat dilakukan selama mesin
mengalami kemacetan. Material yang dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut
sedapat mungkin disiapkan pada lokasi yang terpisah dari tempat kerja, tetapi
memungkinkan persediaannya secara cepat.
Sebagai
sarana penunjang dalam pekerjaan perawatan perlu juga disediakan chart (bagan)
sebagai peta perencanaan aktivitas yang biasa digunakan untuk jangka panjang.
Chart yang dipakai ini dapat dipasang pada papan jadwal. Daftar pada papan
jadwal secara visual harus mudah diperiksa untuk menyediakan tenaga kerjanya.
Hal ini juga untuk memberitahukan kepada perencana proyek atau pengawas
sehingga dapat memeriksa semua pekerjaan dengan cepat.
Chart Gantt
Banyak
jenis chart yang digunakan di industri, semuanya bertujuan untuk menunjukkan
hubungan dari berbagai fungsi. Chart adalah termasuk suatu alat bantu peraga
yang dapat memberikan informasi melalui proses komunikasi.
Chart
gantt adalah suatu peta perencanaan program kerja dalam bentuk grafik blok yang
pada mulanya diperkenalkan oleh seorang sarjana Amerika, Henry L. Gantt
(1861-1919). Chart ini dibuat dengan bentuk basis empat persegi panjang, semua
aktivitas pekerjaan yang dirancang diurutkan ke bawah secara terpisah di
sebelah kiri garis vertikal. Sedangkan untuk penunjukan waktunya diurutkan
memanjang dari kiri ke kanan secara horisontal. Unit waktu menunjukkan lamanya
program kerja yang direncanakan, dan pada prakteknya biasa ditentukan
berdasarkan waktu harian atau mingguan.
Contoh 1. Ilustrasi dari
penggunaan chart gantt untuk penjadwalan pekerjaan overhaul pabrik, disusun
sebagai berikut:
Semua aktivitas dari
program kerja yang telah disusun dapat dilihat pada gambar 1.
Dari chart pada gambar 1,
dapat diperoleh informasi seperti berikut:
Chart dapat berguna untuk
memberi keterangan, namun dalam pemakaiannya tidak selalu mampu menanggulangi
segala persoalan yang timbul. Dalam chart ini tidak ditunjukkan secara jelas
adanya faktor yang saling ketergantungan dari berbagai aktivitas yang satu dengan
lainnya. Untuk membantu mengatasi keterbatasan tersebut, dapat memungkinkan
diterapkan sistem berangkai guna menghubungkan berbagai aktivitas yang saling
berkaitan. Pemakaian cara yang lebih baik ditunjukkan oleh contoh 2 (gambar 1).
Gambar 1. Penggunaan chart
Gantt.
Pada contoh 2, banyaknya
aktivitas, lamanya waktu, saat mulai dan selesainya sama seperti yang diberikan
contoh 1, tetapi kejadian dalam contoh 2 menggunakan sistem perangkai yang diterapkan
pada chart. Dengan adanya tambahan informasi tersebut, kini dapat lebih nyata
dalam aplikasinya.
• Aktivitas A harus selesai
sebelum aktivitas B dimulai.
• Aktivitas B harus selesai
sebelum aktivitas C dimulai.
• Aktivitas D harus selesai
sebelum aktivitas C dimulai.
• Aktivitas E harus selesai
pada waktu aktivitas C selesai 2/5 bagian.
• Aktivitas F harus selesai
sebelum aktivitas E dimulai, tetapi dalam keadaan ini terpisah satu minggu
antara selesainya aktivitas F dan mulainya aktivitas E. Dalam hal ini
penyelesaian untuk aktivitas F tidak sekritis seperti pada penyelesaian
aktivitas A, B, D dan E.
• Aktivitas F dan G harus
dimulai secara bersamaan.
Penyelesaian
aktivitas G tidak ditentukan selama waktunya tidak melebihi masa penyelesaian
proyek, yaitu pada akhir minggu ke-15.
Aktivitas
A, B dan C masing-masing berjalan secara langsung dan berurutan membentuk suatu
rangkaian aktivitas yang berkesinambungan dari saat mulai sampai selesainya
tugas proyek.
Jadi
jadwal yang ketat secara penuh harus diikuti oleh ketiga aktivitas yang sangat
dipentingkan, sehingga tidak terjadi pemisahan waktu. Hal ini dilakukan untuk
mencegah timbulnya perpanjangan waktu dalam penyelesaian proyek yang telah
ditentukan. Dalam jaringan kerja ini, A, B dan C dikategorikan sebagai
aktivitas yang kritis, oleh karenanya perlu dibuat jadwal kritisnya. Sedangkan
pengaturan jadwal untuk aktivitas D, E, F dan G dapat dibuat lebih leluasa
selama masih dalam batas waktu luangnya.
Walaupun
contoh 1 dan contoh 2 mempunyai kesamaan aktivitas dan alokasi waktu
penyelesaian, namun dengan adanya perangkaian pada chart (contoh 2) dapat lebih
meningkatkan kemampuan dalam perencanaan atau pengontrolan proyek.
Proyek Perencanaan Sumber
Daya
Misalkan suatu proses
terdiri dari lima unit utama yang saling berhubungan, harus dihentikan untuk
dilakukan perawatan, perbaikan dan modifikasi. Personil yang melakukan
pekerjaan ini ditugaskan dari pusat bagian perawatan, setiap personil hanya
dapat melakukan tugas menurut keahliannya masing-masing. Personil yang terlibat
dalam pekerjaan ini adalah:
1
pekerja mekanik
1
pekerja listrik
1
pekerja instrumen
1
pekerja las
1
pekerja insulator panas
1
operator pembersihan kimia
Perkiraan alokasi waktu
kerja (dalam hari) dari masing-masing elemen pekerjaan pada tiap unit, dapat
dilihat dalam tabel berikut:
Dalam
penyelesaian pekerjaan, pada tiap akhir periode ditambah satu hari untuk
pemeriksaan semua unit secara serentak. Hal ini dilakukan untuk menjamin bahwa:
a. Penyusunan
urutan pekerjaan pada tiap unit dapat saling menunjang.
b. Setiap
tugas (elemen pekerjaan), sekali dimulai dapat berlangsung terus tanpa terjadi
pemisahan, sehingga akan menghasilkan:
• Waktu
yang optimum untuk penyelesaian pekerjaan (overhaul) termasuk dengan melakukan
pemeriksaannya.
• Program
kerja dapat diterapkan pada tiap unit.
• Program
kerja untuk tiap unit melibatkan seluruh pekerja yang bersangkutan.
Prinsip
dan prosedur yang sama dapat pula diterapkan untuk sumber-sumber lainnya, misal
dalam pengalokasian peralatan pabrik seperti : kompresor, pesawat angkat,
generator dan lain-lain yang biasa digunakan pada setiap tempat.
Prosedur
dalam mengaaokasikan seluruh pekerjaan perawatan ini adalah sebagai
berikut: a. Mengkalkulasi waktu kerja total yang dibutuhkan untuk overhaul
pada tiap unit dengan cara menjumlahkan waktu dari masing-masing elemen
pekerjaannya.
Unit A : 2 + 2 + 4 + 3 + 2
= 13 hari kerja
Unit B : 2 + 6 + 4 + 4 = 16
hari kerja
Unit C : 2 + 4 + 5 + 3 = 14
hari kerja
Unit D : 3 + 3 + 3 + 2 = 11
hari kerja
Unit E : 1 + 1 + 3 = 5 hari
kerja
b.
Mengkalkulasikan alokasi pekerjaan untuk tiap jenis keahlian.
Pekerjaan mekanik 15 hari
kerja
Pekerjaan listrik 12 hari
kerja
Pekerjaan instrumentasi 13
hari kerja
Pekerjaan las 9 hari kerja
Pekerjaan insulator panas 8
hari kerja
Pembersihan kimia 2 hari
kerja
c.
Mempertimbangkan kedua hal tersebut di atas untuk menentukan berapa lama waktu
yang akan dibutuhkan.
Dalam perencanaan ini,
waktu overhaul yang dibutuhkan pada unit B adalah 16 hari kerja. Jumlah waktu
kerja dari unit B ini adalah yang terbanyak, oleh karenanya diambil sebagai
dasar dalam menentukan banyaknya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
seluruh pekerjaan. Seluruh pekerjaan yang telah diselesaikan perlu dilakukan
pemeriksaan untuk menjamin kesiapannya, dan untuk ini diperlukan waktu 1 hari. Dengan
demikian waktu minimum mutlak yang dibutuhkan untuk penyelesaian seluruh
program perawatan tersebut tidak boleh kurang dari 16 hari + 1 hari (untuk
pemeriksaan), jadi = 17 hari.
d.
Merencanakan setiap unit pekerjaan pada blok chart dengan skala yang tepat
dan menganalisis urutan pekerjaan yang akan dilakukan.
e.
Menyusun program kerja.
Sebagai langkah awal dapat
direncanakan bahwa waktu minimum yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semua
pekerjaan adalah 17 hari. Sebenarnya cara ini dilakukan untuk semua elemen
pekerjaan pada unit B yang kritis, dan semua elemen pekerjaan yang termasuk
dalam unit A, C, D dan E harus disesuaikan susunannya terhadap unit B. Untuk
lebih jelasnya lihat gambar 2a.
Kalau
pekerjaan tersebut tidak mungkin diselesaikan dalam waktu 17 hari, maka jangka
waktunya harus ditambah sehingga mencapai optimum.
Gambar 2b adalah ilustrasi
suatu program kerja yang lebih memadai dengan jumlah waktu totalnya: 18 hari +
1 hari untuk pemeriksaan = 19 hari. Suatu cara pendekatan dalam penyusunan program
(gambar 2b) dapat dilakukan dengan mengatur beberapa elemen pekerjaan
sedemikian rupa tanpa merubah jumlah waktu yang telah ditentukan pada program
dasar.
f. Dengan informasi yang
dikutip dari program kerja, maka jadwal waktu untuk tiap jenis pekerjaan dapat
ditentukan susunannya (Gambar 2c).
Gambar 2a. Program kerja
yang direncanakan
http://www.latarbelakang.com/2013/07/pengertian-perawatan-definisi-tujuan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar